PEMBELAJARAN DI TENGAH WABAH


 

Satu pekan sudah Intruksi pembelajaran jarak jauh dengan moda online dari mas mentri dan para kepala daerah sudah berjalan dengan penuh dinamika. Hiruk pikuk pembahasan dan permasalahan pembelajaran jarak jauh (online) viral di media sosial dengan suka dukanya. Sebagian guru yang mempunyai kompetensi digital memadai saling sharing dengan suka cita sebagai guru penggerak. Sementara sebagian lagi berusaha dengan segala potensi yang dimiliki untuk meremedial dan memperkaya diri dalam membuat aplikasi media daring. Sebagian guru mulai menikmati kemudahan dan kenyamanan media online.
Tidak ketinggalan emak emak yang biasanya shoping, selvi selvi dengan baju seragam club ceribelnya atau majelis taklimnya mulai ikut melibatkan diri dari menemani anak anak online sampai ikutan membantu mengerjakan tugasnya ananda, maklum semua anaknya mendapat serangkaian tugas dari gurunya masing masing. Sehingga viral postingan postingan semisal " Belajar di rumah anak anak terhindar dari corona tapi emaknya kena hipertensi" atau " Baru 1 pekan anak anak belajar di rumah sudah bisa mengambil kesimpulan guru di rumah lebih galak daripada guru di sekolah" dan masih banyak postingan postingan dengan joke senada.
Di tengah kreatifitas guru yang meningkat dalam menyiapkan pembelajaran online dibantu bimbingan OTM di rumah berbagai pendapat pro dan kontra bermunculan, salah satunya dari Komisi Perlindungan Anak Indoneaia ( KPAI ). Dalam peryataanya yang dilansir oleh portal berita online CNN Indonesia tanggal 18 Maret 2020 komisioner KPAI bidang pendidikan Retno Listyarti menilai sistem belajar di rumah yang diterapkan oleh sekolah tidak efektif karena belum ada pemahaman yang baik oleh para guru sebab ketika kebijakan belajar dari rumah banyak guru yang malah memberikan tugas-tugas sampai menumpuk yang berujung pada siswa menjadi stress.
KPAI mungkin lupa bahwa situasi kali ini adalah KLB (Kondisi Luar Biasa) yang tidak terencana dan tidak direncanakan sehingga wajar disana sini masih banyak kekurangan, tapi para guru tetap semangat dan terukur mencari solusi pembelajaran yang pas di tengah situasi wabah.
Mari sebagai sesama anak bangsa yang sedang sama sama berjuang menghadapi ujian saling bersinergi mencari solusi bukan malah saling menguji.
Penulis mengajak semua lapisan masyarakat, orang tua dan praktisi pendidikan untuk membangkitkan motivasi peserta didik (anak bangsa) untuk memiliki karakter yang kuat menghadapi dinamika kehidupan yang cepat sekali berubah bukan sebaliknya manja/cengeng apalagi stress. Bangsa besar adalah bangsa yang secara mandiri dapat menyelesaikan segala masalah dengan berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif. Orang tua kita mengajarkan dalam peribahasa yang indah tak ada rotan akar pun jadi. Tak bisa tatap muka daring pun jadi.
Di bagian akhir tulisan ini penulis mengajak semua komponen bangsa belajar mengambil hikmah di balik musibah merebaknya wabah corona ini diantaranya ujian pemimpin untuk melindungi rakyatnya ,ujian rakyat untuk mentaati pemimpinya, dan ujian kemandirian pembelajaran kita.
Sementara kita tidak pernah tahu berapa lama ujian ini akan berakhir.
Untuk itu hendaknya :
1. Pemerintah pusat melalui kemendikbud, direktorat terkait secara struktural dan fungsional kemudian ditindaklanjuti dinas pendidikan di daerah untuk melakukan pembinaan dan pengawasan sesuai kewenanganya terhadap program belajar di rumah yang sudah diintruksikan tentunya dengan moda online.
2. Seluruh civitas akademik satuan pendidikan mematuhi intruksi pemerintah untuk belajar dan bekerja dari rumah dengan memanfaatkan seluruh potensi dan teknologi yang tersedia.
3. Orang tua mengawasi dengan menciptakan suasana kondisif dan menyenangkan sehingga pembelajaran di rumah tetap berjalan.
Semoga ujian yang menimpa bangsa dan negara ini dapat segera terselesaikan dan kita semua sebagai pemenangnya.
Dari pinggiran Ibukota Negara.
Bekasi, Februari 2021

Anas Ponijan

Related

newsticker 1909350233340030461

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow us !

Blogger news

Trending

Tayangan

Tabs

item